Total Pageviews

Wednesday, September 28, 2011

回♥MANUSIA LANGIT♥回

Uwais Al-Qarni. Seorang sahabat yang tak banyak
dikenal. Penampilannya kusam,berdebu, sehingga
tampak hina dalam pandangan orang sekitarnya.
Bajunya sangat sederhana, sehelai menutup badan
dan selembar untuk selendang. Tiada orang yang menghiraukan. Kefaqirannya tampak nyata di
penampilannya. Dagu hampir selalu nempel ke dada,
wajahnya tertunduk menuju tempat sujud. Suatu
ketika , karena iba, seorang hartawan Kuffah
bermaksud menghadiahinya pakaian baru. Hadiah
diterima namun ia kembalikan lagi , sambil berkata , “bila aku kenakan baju ini ,aku khawatir nanti orang
menuduh, ‘Dari mana engkau dapat pakaian ini?
Kalau tidak dari meminta-minta pasti dari mencuri’.
Rasulullah SAW, pernah bersabda : "Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia, perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah telapak tangannya." Rasulullah SAW, memandang Ali bin Abi Thalib dan
Umar bin Khattab dan bersabda, "Suatu saat nanti,
apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan
istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan
penghuni bumi".
Saudaraku, siapakah orang ini , apa keistimewaanya, padahal di kesehariaanya tak ada yang
menghiraukannya. Namun jika ia bersumpah (berdoa)
‘demi Allah’ pasti terkabul. Bagi sahabat , Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khatthab,
pesan Rasulullah saw. itu menimbulkan teka-teki dan
rasa ingin tahu yang sangat . Siapakah sebenarnya
Uwais Al-Qarni yang disebut sebagai penghuni langit
itu?
“Jangan lalai kalau kalian berjumpa dengan dia, mintalah doa dan istighfar kepadanya. Sebab ia bukan
penduduk bumi. Ia salah seorang penghuni langit.”
Demikian wasiat Rasulullah. “Perhatikanlah tanda
putih di tengah telapak tangannya.”
Mengapa sebegitu seriunya beliau berpesan? Kemuliaan apa yang dimiliki Uwais Al-Qarni? Kejadiannya bermula ketika mereka berdua bersama
para sahabat lainnya baru kembali dari medan perang
yang dipimpin langsung oleh Rasulullah.
Begitu tiba di rumah, Rasulullah segera mendatangi
istrinya, Aisyah, dan bertanya, “Apakah ada
seseorang dari Yaman yang mencari aku?” ‘Betul ,ya Rasulullah ‘ jawab Aisyah. ‘Ia sengaja
berangkat dari Yaman ingin menemuimu. Karena
engkau tidak ada dan ia telah berjanji tak kan
meninggalkan ibunya terlalu lama, maka buru-buru ia
pulang ke Yaman walaupun sudah saya katakan
sebentar lagi. Rasulullah akan tiba.’ Ali dan Umar saling keheranan .Jarak dari Yaman ke
Madinah terbentang lebih 400 mil. Ia telah datang
begitu susah payah. Namun, demi menunaikan janji
kepada ibunya ia lebih suka tidak bertemu dengan
Nabi daripada membuat ibunya tidak senang hati.
Masya AllAh, alangkah agungnya kebaktian Uwais Al- Qarni kepada ibunya. “Karena pengabdiannya yang begitu tulus kepada
ibunya, maka Uwais Al-Qarni diangkat menjadi
penghuni langit,” demikianlah sabda Rasulullah saw.
Para sahabat termenung menyadari kualitas
keimanannya masing-masing. Waktu terus berjalan , tahun demi tahun berlalu ,
Rasulullah pun telah wafat, khalifah, Abu Bakar As-
Shiddiq, juga telah wafat .
Sampai saat itupun , Umar bin Khatthab masih terus
mencari-mencari kesempatan agar dapat menjumpai
Uwais Al-Qarni. Berdua dengan Ali bin Abi Thalib, tiap kali ada kafilah
dari Yaman, mereka selalu bertanya apakah ada
Uwais Al-Qarni terdapat di antara rombongannya.
Begitu sering mereka menanyakan Uwais Al-Qarni
kepada kafilah yang lalu lalang antara Yaman dan
Hijaz, sampai orang Yaman sangat keheranan. Bagi mereka , Uwais Al-Qarni hanyalah seorang fakir
penggembala ternah. Ia tidak mempunyai
keistimewaan apa-apa. Tetapi, mengapa khalifah
bersemnagat mencarinya? Akhirnya keinginan Umar bin Khatthab dan Ali bin Abi
Thalib baru terpenuhi sesudah mendapat kabar
kedatangan kafilah dari Yaman yang singgah di
Madinah dalam perjalanan menuju ke Syam.
Kepada kafilah , Umar bertanya, “Adakah di antara
pelayan Saudara seorang bijak bernama Uwais Al- Qarni?”
Orang itu menjawab, “Memang nama itu terdapat
dalam rombongan kami. Tetapi ia bukan orang bijak. Ia
hanya pelayan paling bawah yang bertugas
mengurusi unta-unta kami.” Tanpa membuang waktu lagi, Umar dan Ali pergi
ketempat yang ditunjukkan pimpinan kafilah tadi. Tiba
di kemah orang yang dicari-carinya itu, Umar
mengucapkan salam. Tidak ada jawaban dari dalam
karena Uwais sedang mengerjakan shalat sunnah. Sesudah selesai , barulah Uwais keluar dari kemahnya
dan mengulurkan tangan. Dengan serta merta
disambut hangat oleh kedua sahabat besar tersebut.
Oleh Umar tangan Uwais dibalikkan untuk dapat
melihat telapak tangannya. Sungguh benar apa yang
disabdakan Rasulullah. Terdapat sebuah tanda putih di telapak tangan Uwais. Dan begitu tanda putih tersebut
terlihat nyata, mendadak wajah Uwais bersinar
gemerlapan. Umar pun bertanya untuk menegaskan rasa ingin
tahunya, “Siapakah Saudara?”
Uwais menjawab ringan, “Saya? Hanyalah hamba
Allah (Abdullah),”
Umar dan Ali tersenyum, “Kami pun Abdullah, hamba
Allah. Maksud kami, siapakah nama Saudara sebenarnya ?”
Dijawabnya “Nama saya Uwais Al-Qarni”. Sebagaimana telah disabdakan Rasulullah dahulu ,
Khalifah Umar ra dan Sayyidina Ali kemudian meminta
Uwais mendo’akan mereka.
Uwais menghindar, “Saya yang sebenarnya lebih
pantas meminta do’a tuan berdua”.
Mengingat sudah disabdakan Nabi saw maka dua Sahabat ra ini mendesak, “Kami berdua datang ke
sini untuk mohon do’a dan istighfar dari Anda”. Akhirnya Uwais al-Qorni mengangkat dua tangan,
berdo’a dan bacakan istighfar bagi keduanya.
Kemudian saat Khalifah hendak mensedekahkan
dirham untuk kesejahteraan Uwais.
Tapi Uwais al-Qarni menolaknya , dan memohon, ‘
Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang
fakir hina ini tidak diketahui orang lagi". Setelah
kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak
terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong
oleh Uwais, dan bercerita bahwa suatu ketika kami
sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang. Tiba-tiba datanglah angin
topan dan air laut bergolak hebat . Hempasan ombak
menghantam kapal hingga oleng kesana kemari. Kami jadi sangat ketakutan . Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang
mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami
tumpangi, lalu kami memanggilnya. Namun , lelaki itu
keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air.
Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai
waliyullah," Tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak menoleh.
Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah
memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!"
Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,
"Apa yang terjadi ?"
"Tidakkah tuan melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" katanya.
"Kami telah melakukannya."
"Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca
bismillahirrohmaanirrohiim!" Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan
berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima
ratus jiwa lebih.
Demi Allah, sungguh ajaib, kami semua tidak
tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya
tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta
kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat".
"Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ?
"Tanya kami.
"Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat. Kemudian kami berkata lagi kepadanya,
"Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut
adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir."
"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang- orang fakir di Madinah?" tanyanya.
"tentu ,tuan "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan
sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a.
Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba
kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami
menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh
harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak
satupun yang tertinggal.
Benar sabda Rasulullah, bahwa dia adalah penghuni
langit, seorang sahabat yang sangat sederhana,
dilupakan dan diremehkan orang-orang sekitarnya. Namun para makhluk penghuni langit
menghormatinya, karena ketaqwaan dan kezuhudan-
nya kepada Allah, kesederhanaanya serta karena
baktinya kepada ibunya. Allahu a’lam

No comments:

Post a Comment